Kamis, 11 September 2008

Jualan Mobil di Indonesia akan Pecahkan Rekor


JAKARTA - Banyak kalangan memprediksi, kenaikan harga BBM akan mengubah selera orang Indonesia untuk membeli mobil. Namun kenyatannya tidak. Pada 2008 ini, penjualan mobil diprediksi mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah, yaitu 570.000 unit.

"Saya yakin, tahun ini penjualan mobil di Indonesia setidaknya akan mencapai 570.000 unit," tegas Johnny Darmawan, Presiden Direktur TAM usai peluncuran new Kijang Innova di Ritz Carlton Senayan Jakarta, Selasa (26/8/2008).

Perhitungan tersebut, lanjut Johnny didasarkan pada analisa delapan Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) asal Jepang yang memasarkan produknya di Indonesia. Prediksi ini bukan sekedar isapan jempol, mengingat pabrikan mobil Jepang memang merajai pasar mobil di Indonesia. Setidaknya ini bisa dilihat dari posisi lima besar pemegang merek mobil paling laris, yaitu Toyota, Mitsubishi, Suzuki, Daihatsu, dan Honda. Semuanya merupakan pabrikan Jepang.

Meski demikian, Johnny memprediksikan penjualan di semester kedua 2008 akan menurun dibanding semester pertama. Selain karena keterbatasan suplai akibat banyaknya hari libur, penjualan sudah tersedot ke bulan Juli yang menembus 61.000 unit. Angka ini dinilai sebagai puncak penjualan mobil selama 2008.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), selama periode Januari hingga Juli 2008, penjualan mobil telah mencapai angka 353.501 unit. Johnny yakin, sisa lima bulan di 2008 ini akan menambah perolehan penjualan hingga mencapai 570.000 unit. Angka ini melampaui rekor penjualan mobil pada 2005 yang mencapai angka 538.000 unit.

Meski demkian, Johnny menyayangkan kebijakan pemerintah yang akan memberlakukan pajak progresif kendaraan hingga 200 persen. Menurutnya, ini akan memukul industri automotif keseluruhan yang merupakan salah satu industri yang mampu menyerap tenaga kerja terbanyak di Indonesia. "Jika alasannya karena mengurangi kemacetan, jangan dampaknya ke industri. Bayangkan berapa tenaga kerja yang akan kehilangan mata pencariannya jika sektor automotif terkena dampaknya," tegas Johnny.

Industri automotif, tak hanya bicara tentang pabrik perakitan, namun juga komponen, suku cadang, suplaier, bengkel komponen, asesoris, hingga sektor informal, seperti katering. "Ini tentu melibatkan sangat banyak tenaga kerja," ungkap Johnny.

Selain itu, kebijakan ini juga akan mengurangi selera investor luar untuk menanamkan sahamnya di sektor automotif. Padahal sektor automotif dan pendukungnya, membutuhkan dana investasi yang besar. "Untuk satu pabrik, seperti mesin, dibutuhkan dana sekira USD150 juta," kata Johnny.

Untuk itu, Johnny mengimbau agar dicarikan solusi lain untuk mengatasi kemacetan, seperti perbaikan infrastruktur jalan, penegakan hukum lalu lintas, dan solusi lainnya.
(ton)

Sumber : Okezone.com Selasa, 26 Agustus 2008 - 15:02 wib

Followers

Archive

 

INFORMASI TOYOTA. Copyright 2008 All Rights Reserved Rudy Sunaryo