Kamis, 19 Februari 2009

Toyota Avensis: Pembaruan Sukses?


KETIKA AUTOCAR tiba di Nice, Francis, untuk suatu acara test drive di akhir Agustus 2008, resesi global belum menyentuh industri mobil di Eropa. Toyota, sebagai tuan rumah acara, masih bersemangat tinggi, meskipun masalah kredit perumahan di Amerika sudah mulai terkuak. Tapi, itu dulu. Kini, tiga bulan kemudian, saat kami menulis artikel ini, kami merasa sulit memahami pasar yang berguguran dalam waktu yang sangat singkat.

Kami berada di Nice untuk mencoba Avensis baru, sedan medium dari Toyota. Kami merasa tertarik, meski sebetulnya prestasi Toyota di segmen ini biasa saja. Menurut perusahaan Jepang itu, kekuatan pada model sebelumnya terdapat pada emisi gas buang yang minim serta akselerasi. Jadi, mereka memfokuskan pengembangan Avensis pada desain, gaya, pengendaraan, dan performa transmisinya. Dengan Avensis, Toyota mencoba lebih mendekat ke pasar premium. Kualitas, nilai, performa, dan 'dinamisme individual Eropa' menjadi landasannya.

Demi mendekatkan diri pada pasar Eropa, sebanyak 35 teknisi Toyota di Eropa dikirim ke Jepang agar dapat terlibat langsung dalam proses pengembangan Avensis. Pada paruh kedua pengembangannya, chief engineer Yamamoto pindah ke Eropa dan mengemudikan prototipe Avensis sejauh 4.800 km.

Avensis menggunakan platform yang sama sekali baru. Bagian depannya lebih lebar 44 mm dan belakang lebih lebar 37 mm dari pendahulunya. Panjangnya 4,7 m (untuk versi estate lebih panjang 70 mm). Selain itu, suspensi double wishbone baru terpasang di bagian belakang, sehingga chassis lebih kokoh.

Avensis akan tersedia dalam tiga pilihan mesin bensin (1.6L 130 hp, 1.8L 145 hp, dan 2.0L 150 hp), serta tiga pilihan mesin diesel (2.0L 124 hp, 2.2L 148 hp/337 Nm, dan 174 hp/398 Nm). Sedangkan transmisi yang akan digunakan kemungkinan manual 6-speed dan Multidrive CVT untuk dipasangkan dengan mesin bensin, serta transimisi otomatis biasa untuk mesin diesel.

Sebetulnya sulit untuk memberikan penilaian secara pasti karena mobil yang kami coba masih merupakan prototipe. Meskipun demikian, model Estate (tampak seperti Lexus luar dan dalam) adalah model yang paling enak dilihat. Namun, model Sedan juga bisa dibilang telah mantap secara desain, namun kurang menarik perhatian, tidak seperti, katakanlah, Vauxhall Insignia.

Desain interiornya mencerminkan kualitas interior Toyota yang selalu mendetail. Tatanan tombol-tombol dan indikator di dashboard sangat jelas dan praktis. Penempatan cup holder dan tempat penyimpanan di bawah armrest juga rapih. Mungkin hal terbaik mengenai interior adalah lapangnya kabin dan ruang kaki, serta posisi mengemudi yang sangat baik.

Setelah melihat penampilan Avensis, catatan kami merambah ke soal pengendaraan dan stabilitas. Berdasarkan pengalaman kami mengemudikan mobil ini, stabilitasnya cukup bagus, sehingga membuat mobil ini meyakinkan untuk dikemudikan. Mesin diesel 2.0L yang diusung pada Avensis bertransmisi manual terasa berisik, tapi pada mesin diesel 2.2L yang bertransmisi otomatis, suaranya lebih baik. Mesin 2.0L-nya cukup lembut (meskipun berisik), dan kedua transmisi tersebut berpindah gigi dengan lembut dan baik. Segala sesuatu mengenai mobil ini, yakni rem, pengendalian, dan pengendaraan cukup baik, namun tak lebih dari itu.

Jujur saja, Avensis baru ini adalah versi Avensis yang mendapatkan lebih banyak sentuhan dibanding model terdahulu. Dibangun dengan ketelitian, dibentuk dengan rapih, interiornya luas, stabil, aman, dan tentu saja dapat diandalkan. Tapi, kalau dibandingkan dengan rival sekelasnya, seperti Citroen C5 atau Honda Accord, Avensis terasa biasa saja.

TEKNOLOGI BARU: OPTIMAL DRIVE

TEKNOLOGI Efficient Dynamics yang dikembangkan oleh BMW rupanya sukses besar. Sehingga membuat 'penguasa' pasar mobil hybrid, yaitu Toyota, terpaksa menirunya. Pabrikan Jepang tersebut menyebutnya Optimal Drive dan dipasangkan pertama kali pada Avensis baru. Teknologi ini dikembangkan untuk memangkas emisi gas buang dan meningkatkan performa. Optimal Drive dipasang pada beberapa mesin Toyota.

Pada mesin bensin, komponen utamaOptimal Drive adalah teknologi Valvematic yang mengontrol pergerakan katup pada mesin, sedangkan pada mesin diesel yang menjadi andalan adalah sistem DCATyangtelah memenuhi persyaratan emisi Euros. Mesin bensin yang berkapasitas lebih besar juga diuntungkan dengan penggunaan tfansmisi Multidrive, sementara mesin diesel dipasangkan dengan transmisi otomatis yangdiklaim lebih efisien.

KEUNGGULAN
- Versi Estate sangat menarik
- Kabin Lega
- Detail pada bagasi Estate yang baik

KEKURANGAN
- Hasil akhirnya yang kurang berkarakter
- Handlingnya biasa
- Tidak terdapat versi hatchback

DATA & FAKTA
TOYOTA AVENSIS 2.0 D-4D 130
Harga: US.284
Top speed: 200 kpj
0-100 kpj: 9,7detik
Konsumsi BBM: 19kpl
Emisi C02: 134 g/km
Bobot: 1.490 kg
Mesin: 4-silinder, 1.998 cc, turbodiesel
Konfigurasi: Depan, melintang, gerak roda depan
Tenaga maks: 124 hp @ 3.600 rpm
Torsi: 309 Nm 01.750-4.500 rpm
Transmisi: Manual, 6-speed
Kapasitas tangki: 60 liter
Kapasitas Bagasi: 509 liter
Velg: 18 inci alloy

PENDAPAT KAMI
Rival Mondeo yang dibangun dengan baik dan interiornya lapang. Tetapi, kurang sentuhan personal.
***

sumber : Toyota Astra

Followers

 

INFORMASI TOYOTA. Copyright 2008 All Rights Reserved Rudy Sunaryo